Selasa, 27 Desember 2016

PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PERMASALAHANNYA



              Salah satu masalah besar dalam pembangunan ekonomi di LDCs adalah gejala pertumbuhan penduduk yang tinggi. Fenomena ini sangat sentral karena bisa menjadi penyebab bagi masalah-masalah lain dalam pembangunan ekonomi, misalnya kebutuhan dana untuk investasi, kemiskinan, pengangguran, beban ketergantungan, serta migrasi desa -kota. Bab ini menganalisis hakikat, penyebab, serta peran pertumbuhan penduduk dalam pembangunan ekonomi serta mencari kebijakan yang tepat untuk memecahkannya. Diharapkan dengan terpecahnya masalah pertumbuhan penduduk, tugas pembangunan ekonomi secara umum akan menjadi lebih ringan. 

              Pertumbuhan penduduk merupakan fenomena besar dinegara-negara berkembang dan menimbulakan berbagai masalah seperti pengangguran, beban tanggungan penduduk usia kerja, maupun migrasi besar-besaran ke kota. Dalam bab ini kita akan melihat lebih rinci pada masalah-masalah tersebut.

Pertumbuhan Populasi
              Paruh kedua abad ke-20 yaitu tahun 1950-2000, telah menjadi saksi dari apa yang bisa disebut sebagai ledakan penduduk. Pada paru pertama, 1900-1950, populasi penduduk dunia diperkirakan telah tumbuh dari 1,6 menjadi 2,5 miliyar, akan tetapi menjelang tahun 2000 di perkirakan melebihi 6 milyar. Dengan demikian dalam satu abad ini telah menjadi kenaikan hampir empat kali lipat dalam populasi manusia.

              Faktor utama kenaikan yang sangat cepat ini adalah pertumbuhan populasi yang tinggi di negara-negara berkembang sejak tahun 1950-an, yang berpuncak pada hampir 2,5 persen per tahun di sekitar tahun 1970, kemudian menurun secara perlahan pada tahun-tahun berikutnya. (Tabel 11-1). Tingkat kelahiran yang tinggi pasca perang dunia II di negara-negara industri juga menyumbang, akan tetapi pertumbuhan populasi tahunan di negara-negara ini telah menurun menjadi sekitar 0,6 persen per tahun menjelang tahun 1990 dan tampaknya menurun lagi pada tahun-tahun berikutnya.

              Tabel 11-1 Ukuran dan tingkat populasi dunia, 1950-2025
Dunia
Negara maju
Negara berkembang
Tahun
Populasi (juta)
Tingkat kenaikan (%)
Populasi (juta)
Tingkat kenaikan (%)
Populasi (juta)
Tingkat Kenaikan (%)
1950
2.516
-
832
-
1.684
-
1960
3.019
1,84
945
1,27
1.074
2,10
1970
3.693
2,03
1.047
1,01
2.646
2,47
1975
4.076
1,99
1.095
0,89
2.981
2,42
1980
4.450
1,95
1.137
0,74
3.313
2,15
1985
4.837
1,68
1.174
0,65
3.663
2,03
1990
5.246
1,64
1.210
0,61
4.036
1,96
1995
5.678
1,59
1.244
0,56
4.434
1,89
2000
6.122
1,52
1.277
0,52
4.845
1,79
2010
6.989
1,34
1.331
0,41
5.658
1,56
2020
7.822
1,13
1.377
0,35
6.446
1,31
2025
8.206
0,96
1.396
0,29
6.809
1,10

              Pertumbuhan populasi global di masa yang akan datang bisa diperkirakan dengan meliaht susunan kelompok umur populasi, khususnya populasi penduduk berusia kurang 15 tahun, karena kelompok usia inilah yang akan segera melahirkan generasi berikutnya. Penduduk berusia dibawah 15 tahun di afrika diperkirakan berjumlah hampir 45 persen populasi, sementara untuk amerika latin dan asia selatan angkanya adalah 37 persen.  andaikan wanita-wanita di negara berkembang tersebut bisa mencapai tingkat fertilitas rendah atau ideal, yaitu setiap ibu hanya melahirkan dua anak (sangat sulit dicapai ibu-ibu di negara berkembang, biasanya jauh lebih banyak), susunan kelompok umur penduduk yang tinggi karena jumlah calon ibu yang banyak. 

              Dari bukti empiris, pertumbuhan populasi disebabkan oleh tingkat kelahiran yang melebihi tingkat kematian (jika kasusunya sebuah negara, ditambah kelebbihan imigrasi terhadap emigrasi). Secara global dua parameter ini telah menurun secara cepat dalam beberapa tahun terakhir. Tetapi seperti yang dicatat dalam tabel 11-2, dinegara-negara berkembang tingkat kematian menurun lebih cepat dari pada tingkat kelahirannya, sementara yang sebaliknya terjadi di negara-negara maju. Sebagai konsekuensi, sementara pertumbuhan populasi menurun di berbagai negara maju (hampir nol di Austria, Belgia, German, Hungaria dan Ingris, dan sudah negatif di Denmark, Swedia, dan Swiss), dinegara-negara berkembang justru meningkat sampai tahun-tahun 1970-1975. 

Tabel 11-2 Tingkat kematian dan kelahiran kasar (per 1000), dan tingkat harapan hidup, 1960-1965 dan 1980-1985
Tingkat kelahiran kasar
Tingkat kematian kasar
Harapan hidup
60-65
80-85
% perubahan
60-65
80-85
%perubahan
60-65
80-85
%perubahan
Total dunia
35,3
27,1
-23,2
15,4
10,5
-31,8
51,5
59,5
15,5
Negara maju
20,3
15,5
-23,6
9,0
9,6
6,7
69,7
73,1
4,9
Negara berkembang
41,9
31,0
-26,0
18,3
10,8
-41,0
47,5
57,3
20,6
Afrika
48,2
45,9
-4,8
23,2
16,6
-28,4
41,8
49,4
18,2
Amerika Latin
41,0
31,6
-22,9
12,2
8,2
-32,8
56,6
64,2
13,4
Amerika Utara
22,8
15,9
-30,3
9,2
8,9
-3,3
70,1
74,4
6,1
Asia Timur
35,5
18,8
-47,0
15,7
6,6
-58,8
51,0
68,4
34,1
Asia Selatan
43,2
34,1
-21,1
19,4
12,4
-36,1
45,8
54,9
19,9
Eropa
18,7
13,9
-25,7
10,2
10,9
6,8
69,7
73,1
4,9
Oceania
26,7
20,7
-22,5
10,6
8,3
-21,7
63,8
67,9
6,4
USSR
22,3
19,0
14,8
7,2
9,3
29,2
69,3
70,9
2,3

              Telah disebutkan bahwa peningkatan populasi yang cepat di negara-negara berkembang merupakan akibat dari penurunan tajam dalam tingkat kematian tanpa penurunan yang seimbang dalam tingkat kelahiran. Penurunan dalam tingkat kematian dihasilkan oleh dua hal, yaitu semakin panjangnya rentang hidup orang dewasa dan turunya tingkat kematian bayi kurang dari satu tahun. Rentang hidup usia dewasa tidak mengalami perubahan yang berarti, sehingga penurunan dalam tingkat kematian diduga lebih diakibatkan oleh turunnya tingkat kematian bayi tersebut. Kenaikan yang besar dalam harapan hidup bayi ini diperkirakan di pengaruhi leh hal-hal berikut ini : 

1.      Perbaikan ekonomi yang mendasar, meliputi distribusi pangan yang lebih efisien dan teratur yang telah menghindarkan kelangkaan pangan dan kelaparan, dan nutrisi yang baik. Di Afrika, tempat dimana tidak berlangsung refolusi hijau, dan kelaparan periodik terus berlangsung, tingkat kematian bayi tetap tinggi.

2.      Adanya tindakan-tindakan kesehatan publik pasca perang dunia II yang membantu menurunkan tingkat kematian bayi di negara-negara berkembang. Pemberantasan malaria dengan semprotan insektisida mempunyai pengaruh yang spektakuler di berbagai negara di mana malaria merupakan penyakit endemik utama dan mematikan, terutama bagi anak-anak di srilangka, pemberantasan malaria dengan DDT pada tahun 1946 diperkirakan menurunkan tingkat kematian dari 20 menjadi 14 daloam satu tahun. Juga terobosan teknologi sepanjang perang dunia II yang menciptakan teknologi yang sangat efektif untuk memerangi penyebab-penyebab utama kematian prematur di negara-negara berkembang. Obat-obatan yang lebih baik juga telah dikembangkan untuk mengatasi penyakit-penyakit tropis yang lain program vaksinasi masal terhadap tipus, kolera, dan penyakit kuning. 

3.      Kenaikan dalam suplai makanan, baik meningkatnya hasil pertanian di negara berkembang maupun bantuan di negara-negara industri, termasuk VAO, sebuah badan di bawah naungan PBB.

              Penurunan tingkat kematian bayi dan peningkatan rentan hidup penduduk dewasa, atau penurunan tingkata kematian secara umum, biasa dinyatakan dalam harapan hidup yang lebih panjang (lihat tabel 11-2). Hal ini pada gilirannya akan merupakan faktor yang turut menyumbang (setelah satu kurun waktu tertentu) pada penurunan dalam tingkat kelahiran, karena, seperti yang dicatat oleh Birdsall, hampir semua studi dari penentu tingkat fertilitas (jumlah rata-rata dari kelahiran persatu wanita) mengindikasikan bahwa berkurangnya tingkat kematian bayi akan menyebabkan turunya tingkat kelahiran. Tentu saja ini hanya merupakan salah satu determinan, tetapi boleh dikatakan yang terbesar, sementara determinan-determinan yang lain adalah pendidikan wanita dan partisipasi wanita dalam perkerjaan, jasa perencanaan keluarga, dan pengaruh tingkat ekonomi yang membaik. 

              Pertumbuhan di masa datang dari populasi dunia tergantung pada apa yang terjadi dengan tingkat fertilitas, tingkat kematian, dan tingkat kelahiran. Untuk menggambarkan hal ini, pertimbangkan contoh sederhana berikut ini. Hipotesiskan sebuah populasi ideal dengan keadaan di bawah ini.

·         Setiap bayi yang lahir akan hidup sampai umur 50 tahun.
·         Wanita dan pria masing-masing adalah separo dari populasi. Jumlah pria sama dengan jumlah wanita.
·         Pertumbuhan penduduk nol.
·         Jumlah penduduk dalam kelompok-kelompok usia adalah sama
·         Jumlah wanita dalam setiap kelompok umur sama dengan jumlah pria.
·         Karena masing-masing orang dalam hidupnya 50 tahun maka total populasi dalam satu tahun tertentu adalah 100n (n boleh diisi sembarangan angka, jika n besar berarti penduduknya banyak, dan sebaliknya).
·         Setiap tahun 2n penduduk tertua meninggal, sehingga perlu digantikan kelahiran 2n bayi. Kelahiran 2n per 100n (atau 2/100 atau 2 persen) dengan tingkat fertilitas ini, populasi tidak akan bertambah, tetapi juga tidak akan berkurang karena setiap yang mati akan diganti.

Jadi supaya populasi tersebut tumbuh nol (dengan harapan hidup 50 tahun), setiap tahun diperlukan tingkat fertilitas 2 persen. Perhatikan tingkat fertilitas di beberapa negara berkembang. Jika tingkat harapan hidupnya 60 tahun, maka jumlah penduduk menjadi 120n (=60x2xn), sehingga tingkat fertilitas untuk menjaga tingkat pertumbuhan nol  menjadi 1,66% (=2/120). Dengan cara yang sama, jika harapan hidup menjadi 70 tahun, maka tingkat fertilitas yang dibutuhkan menjadi 1,43 (=2/140). Jadi semakin tinggi harapan hidup sebuah populasi, tingkat fertilitas ideal harus turun supaya pertumbuhan penduduk berniai nol. 

              Bagaimana bentuk susunan kelompok umur dalam sebuah populasi yang ideal? Struktur umur yang ideal akan tercapai jika proposi setiap golongan umur terhadap total populasi adalah seimbang; dengan kata lain jumlah penduduk dalam setiap kelompok umur adalah sama atau relatif seimbang. Dengan kondisi tersebut jumlah yang berusia kurang dari 15 tahun dan diatas 65 tahun (beban tanggungan bagi penduduk usia produtif. Yang lebih penting lagi, minimalnya jumlah penduduk dibawah usia 15 tahun akan menjadi syarat perlu bagi pertumbuhan penduduk yang kecil di masa datang (syarat cukupnya, setiap ibu tidak melahirkan terlalu banyak, atau idealnya melahirkan dengan tingkat fertilitas penggantian, atau replacement fertility rate). Di negara-negara maju struktur penduduk di setiap golongan umur telah mendekati ideal. Sedangkan kenyataannya adalah 35%, bahkan Afrika lebih parah lagi, yaitu 44%.  Dengan keadaan seperti ini bahkan, jika masing-masing wanita sudah berhasil melahirkan dengan tingkat fertilitas ideal, jumlah bayi yang lahir akan tetap banyak karena jumlah calon ibu terlanjur banyak. 

              Negara-negara maju, seperti Denmark dan Amerika Serikat, dengan tingkat kelahiran yang rendah, mempunyai lebih banyak penduduk berusia tua dari pada negara-negara berkembang seperti Kenya, yang mempunyai tingkat kelahiran yang lebih tinggi. Denmark, dengan populasi hampir stasioner, atau pertumbuhan mendekati nol, mempunyai jumlah penduduk yang hampir sama dalam setiap kelompok umur, meruncing secara bertahap pada usia yang lebih tua. Amerika Serikat, dengan populasi yang konstriktif atau meruncing dan pertumbuhan yang lambat, mempunyai jumlah penduduk yang sedikit pada usia muda. Kenya, dengan populasi yang ekspansif atau pertumbuhan tinggi, sebagian besar penduduknya berusia muda.
Masalah Akibat Angka Kelahiran  
              Hasil perkiraan tingkat fertilitas (metode anak kandung) menunjukan bahwa penurunan tingkat fertilitas Indonesia tetap berlangsung dengan kecepatan yang bertambah.
masalah (terkait dengan SDM) sebagai berikut : 
1) Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatan ketimbang aspek intelektual. 
2) Fertilitas meningkat maka pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang akan menunjukan korelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan penduduknya.

Masalah akibat Angka Kematian
Angka kematian perlu ditekan : 
Ø  Pelayanan kesehatan yang lebih baik 
Ø  Peningkatan gizi keluarga 
Ø  Peningkatan pendidikan (Kesehatan Masyarakat) 

            Masalah yang muncul akibat tingkat mortalitas adalah : 
1) Semakin bertambahnya Angka Harapan Hidup itu berarti perlu adanya peran 
pemerintah di dalam menyediakan fasilitas penampungan. 
2) Perlunya perhatian keluarga dan pemerintah didalam penyediaan gizi yang 
memadai bagi anak-anak (Balita). 
3) Sebaliknya apabila tingkat mortalitas tinggi akan berdampak terhadap reputasi 
Indonesia dimata dunia.  

Masalah Perkawinan dan Perceraian 
              Perkawinan bukan merupakan komponen yang langsung mempengaruhi pertumbuhan penduduk akan tetapi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap fertilitas, karena dengan adanya perkawinan dapat meningkatkan angka kelahiran. Sebaliknya perceraian adalah merupalkan penghambat tingkat fertilitas karena dapat menurunkan angka kelahiran. Di Indonesia status perkawinan (kawin) masih jauh lebih tinggi dibandingkan.



Masalah yang timbul akibat perkawinan antara lain: 
1. Perumahan 
2. Fasilitas kesehatan 
Masalah yang timbul akibat perceraian meningkat adalah : 
1. Sosial Ekonomi 
2. Nilai agama yang lemah 
Alternatif Pemecahan : 
Perkawinan 
1. Menambah masa lajang. 
2. Meningkatkan masa pendidikan. 
Peceraian : 
1. Konsultasi Keluarga. 
2. Pendalaman Agama.



DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim, Ekonomi Pembangunan, Ekonisa (Kampus Falkultas Ekonomi UII): Yogyakarta, 2004


http://adriantiyanti.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar